Saturday 19 December 2009

MANAJEMEN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN


MANAJEMEN PENGELOLAAN KELAS


I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Undang-undang tersebut juga disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU No 020 th 2003 )
Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah didominasi oleh kegiatan belajar mengajar (92,6 % dari seluruh waktu yang ada di sekolah ada pada proses belajar mengajar) dengan bimbingan guru. Oleh karena itu 92,6 % pula keberhasilan pendidikan di sekolah secara logika akan ditentukan oleh kualitas kegiatan proses belajar megajar, sekalipun masih banyak faktor lain yang berpengaruh, dalam hal ini adalah guru sebagai peran utamanya.
Kondisi kelas pada saat pembelajaran biasanya diciptakan suasana yang tenang, tertib tak ada kewenganan apapun dari siswa kecuali guru, siswa diupayakan menjadi pendengar yang setia, sedangkan guru disiapkan untuk menjadi pembicara yang hebat, sedangkan buku, peraga dan media pembelajaran lain tidak banyak diperankan. Meskipun pada kenyataannya tidak semua suasana kelas tersebut tercipta oleh setiap guru yang mengajar, bahkan kadang-kadang suasana menjadi sebaliknya yaitu suasana kelas gaduh, banyak siswa berbicara sendiri- sendiri, banyak yang tidak membawa buku dan sebahgainya, dan tidak sedikit guru yang menyerah pada kondisi seperti ini dengan cara meninggalkan kelas dan memberikan catatan atau tugas kepada siswanya.
Akibat dari kondisi kelas yang kurang kondusif dalam pembelajaran maka berdampak pada tujuan belajar , guru, siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri antara lain :
1. Guru menjadi jenuh tidak bersemangat dalam mengajar.
2. Siswa tidak kreatif yang berakibat rendahnya imaginasi dan idea pada siswa,
3. Siswa timbul kebosanan dalam belajar dan cenderung ngantuk, atau bermain sendiri atau ada yang tertekan.
4. Pembelajaran tidak mencapai tujuan (tidak efektif )
Siswa di kelas bertujuan untuk belajar bersama guru, sehingga ketercapaian siswa di kelas sangat ditentukan ketercapaian tujuan belajar dari siswa. Jika siswa telah mencapai tujuan belajar maka tercapai pula tujuan pembelajaran tersebut.
Tentang belajar oleh Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra didefinisikan , bahwa belajar mencakup tiga unsur yaitu :
1. belajar adalah perubahan tingkah laku
2. perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman (perubahan yang terjadi pada tingkah laku karena unsur kedewasaan bukan belajar).
3. sebelum dikatakan belajar, perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. (Toeti Sukamto dan Udin.1997.9).
Sedangkan Menurut Suryadi Suryabrata disimpulkan tentang belajar didapatkan hal-hal pokok sebagai berikut ;
1. bahwa belajar itu memembawa perubahan ( dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial )
2. bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit )
3. bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)
(Suryadi Suryabrata,1990.249)
Dari beberapa definisi tentang belajar di atas dapat disimpukan bahwa belajar itu sesuatu yang disengaja oleh seseorang dan menghasilkan perubahan pada diri seseorang, perubahan tersebut mencakup perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan berfikir dan ketrampilan.
. Agar proses belajar di perkuliahan dapat efektif maka siswa dan guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Menurut Sukamto faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah : (1) kemampuan siswa , (2) motivasi, (3) perhatian, (4) persepsi, pemrosesan informasi mencakup (5) ingatan, (6) lupa, (7) retensi, dan (8) transfer. Sedangkan faktor-faktor dari luar siswa adalah (9) kondisi belajar, (10) tujuan belajar, dan (11) pemberian umpan balik. ( Tuti S.1997.38 )
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tentang proses belajar tersebut siswa dan guru hendaknya selalu bersama-sama memposisikan diri yang sebaik-baiknya sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar dengan baik, sebaliknya guru dapat memperoeh pengalaman dari hsil kegiatannya untuk meningkatkan mutu layanan terhadap siswanya. Berkaitan dengan proses pembelajaran banyak koponen yang berpengaruh di dalamnya, misalnya kompetensi yang akan dicapai, siswa, dan guru.

B. PERMASALAHAN
“ Bagaimanakah menejemen pengelolaan kelas agar pembelajaran efektif?


II. PEMBAHASAN

A. BELAJAR

Ada beberapa ahli yang mengartikan tentang belajar antara lain menurut Gagne (1984) dalam buku Teori-teori Belajar oleh Ratna Willis Dahar dikatakan bahwa belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. (willis Dahar.1989.11)
Sedangkan menurut Morgan dan kawan-kawan dalam buku Teori Belajar dan Model-model Beberapa tentang teori-teori belajar yang dikaitkan dengan proses belajar yaitu : Behaviorisme, Kognitivisme, Teori berdasarkan Psikologi sosial, dan Teori belajar Gagne.
a. Behaviorisme
Dalam teori ini manusia dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya. Belajar di sini merupakan perubahan yang terjadi berdasarkan stimulus dan respons (S-R).
Ada beberapa unsur yang taerkait dengan teori ini yaitu :
1). Dorongan (drive). Artinya siswa merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan ini, sehingga kehadiran siswa ke sekolah bukan karena kepentingan guru tetapi justu guru dibutuhkan loleh siswa.
2). Rangsangan (Stimulus). Artinya bahwa Kepada guru diberikan stimulus agar melakukan sesuatu (mencari pengalaman yang selanjutnya digunakan untuk merespons)
3). Reaksi (respons). Dari hasil rangsangan yang diberikan oleh guru siswa akan melakukan rekasi untuk menanggapi rangsangan tersebut dan selanjutnya perlu diberikan
4). penguatan (reinforcement) kepada siswa sehingga merasa ada kebutuhan lagi.

b. Kognitivisme
Pada teori ini ada perbedaan pandangan dengan teori behaviorisme yaitu bahwa pada teori ini mengemukakan tentang belajar bukanlah merupakan sesuatu yang selalu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku. Menurut Galloway (1976) belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain. Proses ini mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Hubungan antara stimulus dan respons dapat digambarkan sebagai berikut :

Menyebabkan menyebabkan
S R
Adanya adanya

Stimuls yang dpt peubahan respons yang dapt
dilihat internal di dilihat
dalam individu
Yang banyak mendudung teori ini adalah teori perkembangan kognitif oleh Peaget, teori Kognitif Bruner dan teori belajar bermakna oleh Ausebel.

c. Teori Berdasarkan Psikologi Sosial
Belaja merupakan proses alami yang dialami oleh semua orang.Setiap orang memiliki kebutuhan-kebutuhan dan tujuan yang merupakan motivator penting untuk proses belajarnya. Menurut teori ini proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, tetapi melalui interaksi-interaksi, baik interaksi searah (antara stimulasi dari luar yang menyebabkan respons), maupun dua arah (antara dua individu yang belajar dengan lingkungannya atau sebaliknya yang mempunyai saling ketergantungan ). Menurut Bigge (1982) ada beberapa faktor yang mempengaruhi saling ketergantungan itu yaitu faktor pribadi, dan faktor lingkungan saling berinteraksi dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku.

d. Teori Belajar Gagne
Teori belajar yang disusun oleh Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada proses informasi. Hasil belajar menurut Gagne ada lima macam yaitu : ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik dan sikap. Menurutnya juga bahwa belajar tidak terjadi secara alamiah, tetapi adanya kondisi tertentu, yaitu :
1). kondisi internal anatara lain menyangkut kesiapan mahasiswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya
2). Eksternal, yaitu merupakan situasi belajar dan penyajian stimulasi yang secara sengaja diatur oleh dosen dengan tujuan memperlancar proses belajar.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR
D. KOMPETENSI

Pada masa pelaksanaan kurikulum 1994, pembelajaran di kelas berorientasikan pada tujuan pembelajaran, oleh karena itu keberhasilan siswa dalam pembelajaran tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi yang pelaksanaannya di akhir pertemuan atau di waktu lain sedangkan indikatornya merupakan penjabaran dari masing-masing Tujuan Pembelajarn Khusus.
Sedangkan pada kurikulum berbasis kompetensi keberhasilan dari proses pembelajaran berorientasi pada ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa, yang pelaksanaanya dilakukan selama proses pembelajaran dengan indikatornya sudah direncanakan di dalam silabus.
KOMPETENSI : diartikan sebabagai pengetahuan ketrampilan , sikap dan nilai dasar dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
KOMPETENSI : Dideskripsikan sebagai : APA YANG HARUS DIKETAHUI DAN DILAKUKAN SISWA SECARA TERUS MENERUS DALAM SUATU MATA PELAJARAN


Dengan memperhatikan pengertian kompetensi tersebut maka tujuan dalam proses pembelajaran diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan serta pembentukan sikap.
Pengetahuan dan berfikir merupakan dua hal yang sulit dipisahkan, karena tidak dapat melakukan pengembangan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan, sesuai tujuan ini peran guru lebih menonjol sebagai pengajar. Interaksi yang t cocok untuk tujuan ini adalah dengan model presentasi, pemberian tugas-tugas bacaan.
Penanaman konsep dan ketrampilan merupakan dua hal yang berkaitan, pada ketrampilan yang bersifat jasmani lebih mudah diamati dan dilihat kerena merupakan ketrampilan gerak atau penampilan dari anggota badan dari tubuh seseorang yang sedang belajar.Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit karena tidak selalu berurusan dengan hal-hal yang dapat dilihat tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, ketrampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan masalah atau konsep.Ketrampilan ini dapat dilatih dengan berbagai latihan, mengunkapkan dengan perasaan melalui bahas tulis maupun lisan, bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru. Interaksi yang cocok untuk tujuan ini misalnya dengan metode role playing.
Pembentukan sikap tidak akan lepas dari hal penanaman nilai (tranfer of velues), kerana dengan dilandasi nilai tersebut siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya. Dalam pembentukan sikap ini guru lebih ditonjolkan sebagai pendidik yang secara berhati-hati menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, dengan tidak meninggalkan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.Interaksi yang cocok untuk mencapai pembentukan sikap ini antara lain berdiskusi, sosiodrama, demonstrasi, dan role playing.
Kompetensi ini merupakan target yang akan dicapai oleh siswa dalam pembelajaran, namun karena siswa itu sendiri manusia yang selalu berkembang maka bagaimanakah siswa itu disiapkan sehingga dalam proses belajar diperoleh hasil yang efektif.

E. HAKEKAT SISWA
Pada hakekatnya siswa di sekolah adalah manusia yang memiliki keragaman karakteristik, kemampuan, kebutuhan, tingkat pengembangan, serta latar belakang keluarga ekonomi dan sosial. Oleh karena agar pencapain pembelajaran dapat efektif maka pelaku pendidikan dalam hal ini guru agar memahmi tentang hakekat anak didiknya antara lain :
1. Siswa sebagai manusia.
Banyak pandangan tentang manusia, (Brend) mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang itu terdiri dari tiga komponen yaitu id, ego dan super-ego. Id merupakan meliputi berbagai insting manusia yang mendasari perkembangan individu , ego merupakan penghubung anatara insting insting yang ada di individu dengan dunia luar, sedangkan super-ego merupakan aspek moral dari kepribadian yang dapat berfungsi mengawasi tingkah laku individu sesuai aturan dan nilai-nilai moral yang berlaku.
Pandangan humanistik berpendapat bahwa manusia merupakan individu dan mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, berfikir rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Teori behavioristik menganggap bahwa manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.Manusia lahir dalam kondisi netral tidak membawa sifat “baik” atau “buruk” dan hal-hal yang mempengaruhi perkembangan individunya semata-mata pengaruh lingkungan.

2. Siswa sebagai subyek belajar
Sebelum berkembangannya teori-teori pembelajaran baru, maka siswa merupakan obyek belajar.Dalam hal ini siswa dianggap sebagai selembar kertas putih yang belum ada apa-apanya dan dapat ditulisi semaunya oleh guru (konsep tabularasa), oleh karena itu dalam proses pembelajaran siswa dibuat pasif oleh guru, dan kelas sepenuhnya milik guru.
Berkembangnya teori-teori baru tentang manusia seperti diatas menuntut kita untuk merubah paradigma tentang keberadaan siswa dari sebagi obyek belajar menjadi subyek (pelaku) dalam belajar.
Dalam hal belajar ini siswa memilki posisi sentral, karena dalam pembelajaran siswalah yang semestinya mengetahui cita-citanya, mengetahui tujuan mengapa ia belajar sehingga ia dapat memperoleh hasil yang optimal, bukan justru hanya guru yang mengetahui mengapa siswa belajar. Dalam hal yang demikian guru sangat berperan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar siswa mampu mengetahui jati dirinya, mengetahui potensinya, menegatahui keinginannya serta mengetahui kebutuhannya.

3. Kebutuhan siswa
Pembelajar yang berhasil jika dilakukan dengan menarik, menyenangkan dan terjadi interaksi dua arah. Oleh karena itu seorang guru perlu mengetahu kebutuhan siswa di masing kelas yang diajarnya. Secara umum ada beberapa kebutuhan siswa antara lain : kebutuhan jasmani, sosial dan intelektual.
Kebutuhan jasmani lebih bersifat kebutuhan fisik siswa antara lain makan, minum, pakaian, istirahat, suhu udara, penerangan dan kesejukan ruangan belajar.
Kebutuhan sosial siswa merupakan kebutuhan dalam bergaul sesasma siswa, siswa dan guru, tentang rasa aman, adanya rasa kasih sayang serta kekompakan di dalam kelas, hal ini dapat diciptakan oleh guru yang benar-benar memperhatikan para siswanya dengan cara melakukan diskusi, kerja kelaompok serta kegiatan lain yang lebih banyak melibatkan para siswa.
Kebutuhan intelektual merupakan kebutuhan yang dapat dikaitkan dengan kemampuan minat dan bakat dengan bagaimana guru menjuruskan pada jurusan di sekolah serta bagaimana guru memberikan tambahan pelajaran / minor,memberikan pelajaran ekstra kurikuler, tugas rumah, mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensinya.
Dari semua kebutuhan tersebut guru hendaknya segera tanggap dan mengambil sikap terhadap apa yang menjadi kebutuhan siswa saat belajar, dari suasana kelas, keadaan siswa secara perorangan, situasi rasa nyaman serta mampu mensiasati dan menjebatani antara kebutuhan siswa dengan keadaan sekoal yang sebenarnya, sehingga tidak muncul gap yang besar antara kebutuhan siswa dengan kondisi yang sebenarnya.

4. Pengembangan individu dan karekteristik siswa
Secara essensial sebenarnya guru mengajar adalah menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu anak didik itu dapat belajar secara optimal.(Sardiman.119,2004). Namun di Indonesia sistem pemnbelajaran seperti itu belum dapat dilaksanakan, pembelajaran masih bersifat klasikal dan setiap siswa mandapat perlakuan yang sama (diseragamkan) sehingga belumdapat dilakukan pembelajaran secara individual, meskipun itu merupakan karakteristik kurikulum berbasis kompetensi. Kapan itu dapat direalisir ? silakan para guru dapat melakukannya dengan segala keterbatannya.
Secara umum karakteristik siswa yang harus diperhatikan adalah : berkenaan dengan kemampuan awal termasuk gaya belajar dan kemampuan efektifitas membacanya, berkenaan dengan latar belakang dan status sosial, serta yang berkaitan dengan perbedaan kepribadian .
Berkaitan dengan karakteristik siswa ini guru agar mampu memberikan layanan yang berorientasi pada bahwa siswa pada dasarnya beragam, dan tidak menganggap bahwa siswa adalah sama dengan dirinya, sehingga berasumsi bahwa apa yang sudah fahami oleh guru pasti sudah difahami siswa, justru harus mencoba untuk memahami apak yang sedang diketahui siswa saat belajar.
Cara-cara guru untuk mengetahui data kepribadian serta karakteristik siswa dapat dilakukan dengan melakukan observasi, pemberian angket, wawancara, pengaatan maun kunjungan rumah (home visite). Hal ini sesuai dengan fungsi guru sebagi pengajar juga pembimbing.

F. KEDUDUKAN GURU
Guru adalah tenaga profesi yang senantiasa mempertahankan keprofesionalnnya melalui upaya upaya peningkatan diri di setiap saat. Ada beberapa persyaratan untuk menjadi guru, menurut sardiman bahwa ada 4 syarat untuk guru yaitu ; persyaratan administratif, persyaratan teknis, persyaratan psikis serta persyaratan phisik. Dari keempat persyaratan tersebut agak mudah untuk diperlihatkan secara fisik dan dapat dipantau setiap saat.
Selain tersebut ada yang harus dimilki oleh guru yaitu kompetensi guru, yang meliputi penguasaan bahan, mengelola program belajar- mengajar, mengelola kelas, menggunakan media / sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk pengajaran, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Kompetensi ini harus selalu melekat dan menjadi komitment bagi setiap insan guru .
Selain kedudukan guru seperti tersebut dalam pembelajaran guru memilki peran sebagai pemberi informasi (informator), mengelola kegiatan akademik (organisator), memberikan motivasi siswa agar senatiasa senang belajar (motivator), memberikan pengarahan danb membimbing (direktor), memfasilitasi siwa yang belajar (fasilitator), memberikan bantuan jika ada kemacetan dalam pembelajaran (mediator), serta memberikan penilaian dan melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian tersebut (evaluator).
Sesuai dengan kedudukan guru tersebut maka tugas guru adalah adalah ; membuat perangak mengajar, melaksanakan pembelajarn, memberikan evaluasi, melakukan analisi hasil evaluasi dan melksanakan tindak lanjut dari hasil evaluasi. Dari fungsi-fungsi tersebut semuanya dapat diimplementasikan pada saat kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu pengelolaan inyteraksi belajar mengajar di kelas sangat menentukan keberhasialn dalam pembelajaran.

G. PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS.
Di depan sudah dibicarakan bahwa komponen dalam keberhasilan pembelajaran antara lain, kompetensi, siswa dan guru. Selain itu juga sangat didukung oleh keberadaan saran media belajar serta peraga. Dari komponen tersebut agar interaksi belajar mengajar dapat berhasil jika guru mampu mengelolanya dengan baik pula.
Untuk melaksanakan pengelolan yang baik diperlukan manajeman yang baik, dengan menempatkan fungsi-fungsi manajeman. Menurut GR Terry, bahwa manajeman merupakan seni dan ilmu untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui dan bersama-sama orang lain dalam proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan (planing, organising, actuating dan controlling) .
Dalam hal Merencanakan pembelajaran guru agar berpedoman pada prinsip-prinsip belajar, faktor yang mempengaruhi belajar, siapa yang belajar (siswa) yang berkaitan dengan karakteristik maupun kebutuhannya, merancang skenario pemnbelajaran dengan mempertimbangkan, tata ruang kelas dan hasil pembelajarn yang sudah dicapai.
Dalam hal mengorganisasikan, guru hendaknya mampu mengkoordiasikan, menyiapkan perlengakapan pengajaran yang ada, menngkomunikasikan antara materi yang sebelumnya maupun yang akan datang, serta mampu mengkoordinasikan hasil-hasil belajar yang telah diperileh siswa, keberadaan siswa di rumah, sebagai modal untuk melakukan pembalajaran yang optimal.
Kegiaatan guru dalam hal menggerakkan adalah dengan memanfaatkan semua potensi yang dimilki siswa, sekolah, guru itu sendiri guna melakukan pembelajaran yang sesuai dengan skenario yang direncanakan sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
Dari semua kegiatan tersebut keberhasilan interaksi belajar mengajar dapat dilihat dari hasil evalusi. Keberhasilan evaluasi ini juga sangat didukung oleh keberhasilan perangakt evaluasi, oleh karena itu dalam menyusun evaluasi agar dipenuhi kaidah-kaidah pembuyatan alat evaluasi yang baik Bagaimana membuat alat evaluasi yang baik ? silakan berdiskusi lagi tentang sistem evaluasi.

III. KESIMPULAN
Keberhasilan dalam pembelajaran sangat dipengaruhi bagaimana mengelola kelas atau bagaimana kemampuan guru melakukan interaksi belajar mengajar. Agar pengelolaan kelas dapat berhasil dengan baik, aka guru harus melaukan fungsi-fungsi manajeman pengelolaan interaksi belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pngorganisasian, penggerakan dan pengawasan, dengan mempertimbangkan faktor kompetensi, siswa dan peran guru.

1 comment: